Perjalanan Penuh Makna – Mencapai Puncak Mahameru : Latar Belakang
Gunung Semeru, puncak Mahameru, sebelumnya
nama-nama tersebut belum pernah terngiang dipikiran eke. Sampai suatu hari di
bulan Juni 2013 eke ikut merumuskan rencana perjalanan yang dicetuskan oleh
temen-temen kerja eke: berlibur ke Bromo, untuk mengisi waktu luang di kala weekend. Seperti biasa eke selalu browsing info lebih dalam untuk
mengetahui tempat yang akan eke sambangi. Mulai dari lingkungan, iklim, cuaca,
budaya, tempat menginap, hingga legenda terbentuknya Gunung Bromo pun eke baca
sampai tuntas. Nyatanya, wisata Gunung Bromo terletak dalam Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Gunung Bromo: ok, suku Tengger: ok, Gunung Semeru: ? eke
belum familiar. Gunung Semeru adalah atap pulau Jawa. Ya, gunung itu adalah
gunung tertinggi di pulau Jawa. Semua pasti sudah hapal dengan ketinggiannya,
3.676 mdpl. Dengan puncaknya yang terkenal lewat lagu lawas band Dewa 19 – Mahameru, puncak abadi
para dewa.
Pulau Jawa, budaya Jawa memang lekat dengan nuansa
Hindu. Gunung Semeru sendiri pun tak lepas dari legenda mitologi Hindu. Bersumber
dari wikipedia, dikisahkan bahwa pulau Jawa pada zaman dahulu adalah pulau yang
bergerak kesana kemari karena tidak memiliki pasak. Pasak, pasak bumi, dalam
artian dibutuhkan gunung agar pulau tsb diam dan stabil. Maka dewa memutuskan
untuk memindahkan gunung Meru dari India ke pulau Jawa. Dengan dewa Wisnu
menjadi kura-kura yang mengangkut gunung tsb dan dewa Brahma menjadi ular
panjang untuk mengikat gunung tsb. Dalam perjalanannya di pulau Jawa,
reruntuhan gunung tsb tersebar dari barat pulau Jawa dan puncaknya di Timur
pulau Jawa. Nah, sampai di akhir cerita ini maka didapatkan pemikiran sepakat
bahwa gunung adalah pasak bumi untuk menahannya agar tidak berguncang-guncang. Bukan
bermaksud mencampur adukkan legenda, pemikiran, dan kesimpulan. Toh nyatanya
hal ini sudah tertuang dalam Al Quran kitab yang benar. Simaklah Al Quran surah
Al-Anbiya ayat 31: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh
supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…”
Saat itulah eke mulai bertanya-tanya dalam hati
“Nanti ketika eke di Bromo, sedekat itukah dengan atap pulau Jawa?” Sejak
itulah Mahameru mulai terngiang-ngiang dalam pikiran eke, salah satunya dibantu
lewat lagu Dewa 19 yang kadang eke senandungkan di kala kerja.
Berlatar belakang Gunung Batok, Gunung Bromo dan Gunung Semeru |
Kunjungan ke Bromo akhirnya ditetapkan pada akhir
Juni 2013, 29-30. Subuh di akhir bulan Juni 2013 itulah akhirnya eke dan
temen-temen menikmati panorama jajaran perbukitan, gunung Batok, gunung Bromo,
dan tampaklah gunungan meruncing paling tinggi di antara jajaran yang lain, hei
itulah gunung Semeru! Berdiri kokoh lagi anggun tak tergoyahkan. Semua formasi
gunung tsb disinari dalam cahaya dramatis pagi hari. Tampak sesekali gunung
Semeru mengeluarkan awan putih dari atas puncaknya. Awan itu tertiup menjauhi
puncak gunung, menjauh, lama-lama semakin tipis dan hilang. Eke takjub, eke
bahagia, subhanallah. Eke otomatis membentuk mindset: suatu saat harus
ke situ untuk mengenal, mendalami tanah Jawa lebih lanjut. Tanah dimana eke
dimunculkan. Insya Allah eke perlu kesitu. Sepulang mengunjungi Bromo, tak lupa
eke ceritakan euforia eke tentang Bromo dan Semeru kepada mas eke. Eke utarakan
juga bahwa suatu saat eke berniat mendaki gunung tersebut semampu eke.
Jadi, terbentuk sudah dasar apa yang membuat eke ingin
mendatangi Semeru. Bukan tentang euforia film 5 cm yang novelnya sudah tenar
sejak eke SMA dan filmnya pun belum sempat eke tonton sampai sekarang, tapi
lebih kepada mendalami keagungannya. Menjejaki kokohnya legenda tanah Jawa yang
masih ada hingga detik ini. Mimpi ini masih eke harapkan hingga suatu saat itu
tiba. Entah kapan.
Artikel berkesinambungan:
Comments
Post a Comment