Festival Banjir Kanal Barat: Pelepasan Lampion dan Perahu Hias

 
Late post  banget ini yah huni...! Haha, gapapa deh...eke share aja biar nambah info tentang Semarang.
Dalam rangka menyambut HUT kota Semarang ke 467 maka Pemkot Semarang mengadakan beragam rangkaian acara menarik selama bulan Mei 2014. Jauh-jauh hari eke sudah melirik jadwal acaranya dan menyesuaikan dengan jadwal pulkam eke ke Semarang. Salah satu yang menarik adalah Festival Banjir Kanal Barat yang diadakan pada tanggal 17 Mei 2014, kebetulan bertepatan dengan long weekend pasca hari raya Waisak. Apalagi acaranya menurut eke cukup menarik: pelepasan lampion, festival perahu hias, stand kuliner, juga ada pertunjukan wayang hingga menjelang subuh. Wew... jarang-jarang di Semarang ada acara unik seperti itu, makanya deh eke bela-belain pulang Semarang meskipung minggu depannya berangkat ke Semeru.
Masalahnya, kemungkinan besar saat menghadiri acara itu eke tak ada kawan. Maka, jauh-jauh hari eke ngompori ponakan-ponakan eke yang masih lugu, imut-imut, dan banyak tanya itu. Kebetulan ada liputan pelepasan ribuan lampion di candi Borobudur dalam rangka menyambut Waisak yang disiarkan di TVRI. Nah, disitulah eke mulai menggalang simpati mereka dengan menceritakan betapa serunya melepas lampion. Maka mereka pun excited, eke bilang kalau hari Sabtu besok ada acara serupa di kali Banjir Kanal Barat. Serta merta mereka jadi meributkan acara tsb dan berhasil membujuk ortu eke untuk menghadiri acara tsb. Hoho, berhasil!
Hari itu selepas pulang dari Kudus menghadiri acara pinangan huni eke, eke langsung cepat-cepat mandi sore (tumben-tumbenan lho ini) dan berbenah diri. Ponakan-ponakanku, sebut saja dobel No - karena memang ada dua buah, tampak girang sore itu. Eke sendiri berbenah diri cukup lama sembari menanti waktu magrib. "Tante, kapan berangkat? Aku nungguin lama banget dari tadi... jam 4..jam 5...tik tok tik tok..." "Haha, abis ini...abis magrib ya..." "Tapi daddy ga ikut." "Apahh?!! Daddy suruh ikut! Dia suruh megangin kamu, disana bakal rame banget soalnya. Nanti kalo kamu ilang gimana..." geram eke, hehe. Sore itu langit Semarang tampak mendung dan semestinya di bulan Mei memang cuaca di Semarang sering hujan di kala sore.
Namun selepas Magrib nyatanya cuaca menjadi bersahabat, hujan sudah berhenti. Alhamdulillah. Kami sekeluarga siap menuju kali Banjir Kanal Barat dengan disetiri oleh tetangga kami, pak Ju. Tak lupa daddy juga ikut serta, hihi. Kami menyusuri jalanan kota Semarang, mengambil rute jalan Veteran - Kalisari - jalan MGR Sugiyopranoto. Mulai di Kalisari antrian kendaraan sudah mulai terasa. Apalagi ketika sudah sampai di jalan MGR Sugiyopranoto, padat merayap euy! Rupanya malam itu rakyat Semarang berlomba-lomba menuju kali Banjir Kanal Barat. Dobel No yang merasa lama dalam perjalanan pun mulai gelisah. "Tante, kapan sampai di tempat lampionnya?" "Bentar lagi ya...sabar, namanya juga macet." Daddy tampak mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak mereka mencoba mengeja tulisan yang ada di baliho-baliho toko.
Akhirnya kami sampai sekitar pukul 19.00, syukur kami dapat parkiran mobil di dekat taman Madukoro yang tak jauh dari kali. Kami segera berjalan menuju area perhelatan. Awalnya kami ingin berada sedekat mungkin dengan bibir kali hingga mencari-cari jalan untuk meraihnya. Namun mommy  lama-lama jadi parno...takut jika tiba-tiba ada banjir bandang menerjang seperti yang pernah terjadi di tahun 70-an. Ya sudah, akhirnya kami pindah posisi ke undakan yang lebih atas, persis di sebelah tenda para pejabat yang akan menghadiri acara itu.
Kami mencari posisi yang nyaman demi mendapat pandangan yang bagus serta aman bagi anak-anak. Setelah para pejabat kota datang, acara pun akhirnya dimulai dengan sambutan-sambutan yang cukup melatih kesabaran. Lalu MC selanjutnya mempersilakan peserta perahu hias untuk melintasi sungai. Perahu-perahu hias itu sudah siap sedari tadi di bawah jembatan, saat MC memberi aba-aba untuk melaju pun perahu-perahu itu nampak tak bergeming. Mungkin karena instruksi yang tak terlalu terdengar di posisi perahu itu. Namun akhirnya perahu-perahu itu bergerak, lamban, rupanya air kali tak terlalu dalam dan menyebabkan perahu itu tak mengapung. Alhasil, perahu itu perlu didorong dari belakang agar bisa melaju. Kasian bener yang dorongnya...
 
 
Salah satu aksi perahu hias yang menarik perhatian penonton
Belasan perahu telah melintas, lampu hiasnya mampu memeriahkan aliran sungai yang gelap. Suasana seperti itu cukup membuat eke berangan-angan masuk ke dalam perayaan Peh Cun zaman kolonial yang ada di dalam cuplikan film Ca Bau Kan (suka mengkhayal). Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba: melepas ribuan lampion ke udara. Namun sepertinya penonton harus cukup bersabar menunggu arahan dari MC yang memandu pembagian lampion secara gratis kepada para penonton. MC berkali-kali menghimbau bahwa lampion dilepas pukul 20.30 tepat, terkait dengan koordinasi jadwal penerbangan pesawat. Namun ada saja penonton yang tak tertib dan melepas lampion duluan. Alhasil, sudah ada beberapa lampion yang terbang dan cukup membuat MC kewalahan.
Pelepasan lampion secara resmi dipimpin oleh bapak walikota Semarang, dari beliau lah ditandainya pelepasan lampion secara serempak. Saat lampion dilepaskan, digaungkan pula paduan suara beserta orkestranya, tak lupa untaian doa-doa untuk kota Semarang. Lampion itu terbuat dari kertas yang berwarna-warni, ada lambang dalam aksara Tiongkok di permukaannya. Kala itu angin bertiup ke arah barat laut, ribuan lampion tampak terbang menjauhi kerumunan massa. Lampion yang diterbangkan dari arah selatan pun bisa terbang masuk ke arah podium pejabat, nah yang seperti itu bisa bahaya kalau apinya menyambar kain tenda.
 
Persiapan menerbangkan lampion

Ribuan lampion berhasil terbang!
 
Salah seorang penonton berusaha menghalau lampion yang mendekati kerumunan penonton
Dobel No sangat senang dengan suasana yang ada! Mereka sempat parno saat ada lampion yang terbang mendekati mereka...hehe. Maklum, sumbu api lampionnya cukup besar. Lampion-lampion yang menghiasi langit Semarang tampak seperti bintang yang gemerlap. Cantik!
Sinden bersiap-siap untuk tampil
Ribuan lampion tampak menghiasi langit Semarang bagai bintang yang gemerlap
Sebelum acara ditutup, sekitar jam 21.00 kami sekeluarga sudah meninggalkan area pelepasan lampion untuk menghindari kerumunan massa yang pulang secara bersamaan. Panggung wayang yang tadinya kosong sudah dihadiri oleh parogo beserta sindennya yang cantik-cantik. Sesampainya di mobil, Dobel No mengeluh sakit kelaparan. Yang satu lemas, yang satu merasa pusing. Jadilah kami segera pulang mencari warung penyet terdekat demi menyuapi anak-anak itu.
Nah, bagi huni-huni yang tertarik menyaksikan Festival Banjir Kanal Barat dengan agenda utama pelepasan lampion maka jangan berkecil hati karena acara ini udah lewat di bulan Mei lalu. Pasalnya acara ini akan diagendakan tiap tahun untuk menyambut HUT kota Semarang. Nah, bulan Mei tahun depan...persiapkan perjalanan ke kota Semarang untuk menikmati cantiknya acara ini! Ditunggu yah... 
 

Comments

Popular Posts