Cupinang Engkau dengan Hamdalah

Eh, judulnya nyerempet mirip2 buku fenomenal karangan M. Fauzil Adhim yah... Yaps, hari itu tanggal 17 Mei 2014 eke n genjut akan menghadiri acara pinangan sahabat kami yang bernama Ucup, alias Cupi, alias Ucupina di kota Kudus. Dan karena momennya acara pinangan, maka Cupi update nama menjadi Ucupinang. Hehe.  Hari itu pagi-pagi benar sekitar pukul 6.30 eke n genjut bertolak dari Semarang melalui terminal Terboyo menuju Kudus via bus Nusantara. Tarif bus-nya murah lho, hanya IDR 8,000. Sepanjang perjalanan kami ngobrol ngalor ngidul layaknya cewek pada umumnya. Ketika bahan pembicaraan habis, Genjut mulai terkantuk-kantuk. Satu setengah jam perjalanan sudah mengantarkan kami sampai ke terminal Kudus. Genjut dengan sigap menuntun ke parkiran dimana angkot dalam kota mencari penumpang. Kami pun segera menaiki angkot yang kosong, kata Genjut semua angkot melewati ruumahnya. Setelah sampai di Indomaret sebelah Pura, kami turun dan jalan kaki memasuki gang.
Sampai di rumah Genjut, kami disambut neneknya genjut lalu istirahat sejenak. Sembari menunggu jam 10 tiba, menurut info dari Cupi acaranya akan dilangsungkan pukul 10. Tik.. tok.. menunggu sambil minum n ngemil di kamar Genjut cukup lama juga. Akhirnya Genjut memastikan lagi ke Cupi, acaranya jam berapa..dan..ternyata acaranya dimulai jam 11. Yes! Semakin geje dah guling-guling di kamar Genjut. Pukul 10 Genjut mohon ijin mengambil motor di rumah pembantunya. Motor itulah yang nanti kami naiki menuju rumah Cupi. Sembari Genjut pergi, eke mulai ganti kostum yang lebih formal. Setengah jam berlalu, Genjut datang bersama motor pinjamannya. Pukul 10.30 kami berangkat dan tak lupa berpamitan dengan nenek Genjut.
Jarak rumah Genjut ke rumah Cupi tidak terlalu jauh, naik motor 20 menit pun kami sudah sampai di rumah Cupi yang bagian depannya digunakan sebagai toko kelontong. Genjut pun memarkir motornya di antara himpitan 2 mobil. Kami memasuki rumah Cupi dengan malu-malu karena waktu itu para keluarga yang menghadiri acara tsb sudah duduk dengan rapi di kursi. Namun segera saja ibu Cupi mengenali Genjut dan langsung mempersilakan kami masuk ke dalam ruangan menemui Cupi. Wah, sudah lama tidak bertemu Cupi. Kami segera berpelukan dan Cupi terlihat sumringah kala itu. Langsung deh seperti biasa kami ngobrol dulu, sambil berfoto-foto ria yang dibantu oleh kakaknya Cupi. Pukul 11.00 rombongan calon mempelai pria datang. Eke dan Genjut pun mohon undur diri dari Cupi untuk ikut duduk di bangku pemirsa *p e pe em i mi r sa saaa.
Girls's talk


 

Rombongan calon mempelai pria datang dengan membawa berbagai hantaran yang lekas memenuhi meja. Ada salah satu hantaran yang menarik perhatian eke, yaitu: roti buaya. Yups, roti itu khusus diberikan oleh keluarga calon mempelai pria yang berlatar belakang budaya Betawi. Perlu diketahui calonnya si Cupi ini memiliki darah Jepang-Betawi, duh Cupi pinter amir sih cari calon yang ada import content-nya. Hahaha. Acara berlangsung formal dengan agenda: saling balas sambutan antara pihak calon mempelai, formalitas orang tua Cupi tanya ke Cupi: apakah dia benar-benar mau dipinang oleh pria itu? *ya jelas iyes lah, haha!, tukar cincin, doa bersama, dan yang ditunggu-tunggu eke n Genjut karena sedari pagi belum sarapan adalah makan siang bersama.
Happy engagement Cupi n YNA!!
Hidangan makan siang yang disajikan secara prasmanan cukup menggugah selera. Mohon maaf tidak terdokumentasi. Ada ayam panggang dengan kuah opor, sambal goreng tahu, dan yang paling menarik adalah menu di ujung sana: sate yang mengkilat dan terlihat legit. Eke langsung ambil 4 tusuk saking lapar matanya. Masakan terasa sedap, dan memang sate tersebut nikmaaaaat legit. Eke tanya ke Genjut: sate apakah ini? Genjut menjawab "Itu sate kebo." Wow, beneran ini sate kebo kok bisa empuuuuuk banget. Kata Genjut "Itu direbus 1 tahun." Hahaha. Sate tersebut rupanya dari daging kerbau yang sudah diproses semacam dilumat terlebih dahulu, dibumbui manis dengan ketumbar, hampir mirip cita rasa dendeng tapi ini lebih legit, juicy, dan empuuuuuuuuk banget. Untuk saus satenya lebih mirip gula jawa yang dicairkan dengan tambahan kacang tanah.
Sate kerbau. Sumber: backpacker koprol

Maklum citarasa Kudus adalah manis legit. Di saat semua tamu sudah mengganti makanan utama dengan dessert, eke masih berkutat dengan makanan utama. Nyaris kekenyangan dengan sate yang masih belum dihabiskan. "Huni, kamu ambil satenya banyak banget. Aku aja cuma ambil 1 udah kekenyangan." Wkwk, memang kebanyakan sih tapi eke tetap habis. Wah, puas rasanya makan di rumah Cupi dengan hidangan yang serba enak. Setelah makan, eke n Genjut mohon diri untuk pulang karena eke mengejar acara Festival Banjir Kanal Barat di Semarang malam harinya. Sampai jumpa lagi Cupi, semoga lancar sampai hari-H.
Eke n Genjut berjalan ke arah parkiran motor, ternyata eh ternyata motor kami tertutup jalan keluarnya oleh mobil dari calon mempelai pria. Beruntung disitu ada pria yang duduk-duduk sambil merokok, dia anggota rombongan calon mempelai pria - yang kata Genjut itu pria tipenya eke banget. Haha. Sontak pria itu bertanya "Mbak, mobilnya mau keluar ya??" "Eh, iya pak... mm..motornya mau keluar" jawab eke. Lalu pria itu dengan sigap memundurkan mobilnya. "Huni???!!!! Kenapa kamu jawab 'motor'????!!!! Kan jadi ga kece." kata Genjut. Haha, lha memang bawanya motor ko.
Last photo before say good bye, cheers!
Dalam perjalanan pulang, Genjut mengambil jalur masuk perkampungan dengan sawah di kanan dan kiri jalan. Kata Genjut daerah yang dilewati itu adalah sentra penghasil buah: semacam melon, eh bukan melon, kaya blewah, tapi bukan ding, warnanya kuning, aduh apa ya *ini deskripsi dari Genjut. Eke sendiri juga belum mengerti deskripsi dari Genjut. Semakin memasuki daerah itu, terjawab sudah rasa penasaran eke. Banyak pedagang buah tsb memamerkan dagangannya di pinggir jalan. Tampaklah buah berwarna kuning cerah yang menarik perhatian. Genjut berhenti di salah satu penjual dan langsung melakukan kegiatan tawar menawar. Si penjual langsung mengenali Genjut adalah anak dari bu ini. Wah, muka Genjut pasti mirip dengan ibunya. Eke tanya ke penjualnya "Buah apa ini?" "Buah kinanti", katanya. Wow, namanya bagus juga. Buah tersebut mirip antara blewah dan melon. Kulitnya halus seperti timun, mulus, dan rata berwarna kuning cerah. Dari luar pun bau harumnya sudah bisa dicium. Dua buah tsb dibeli seharga IDR 10.000 - 15.000. Genjut pun membelikannya untukku sebagai oleh-oleh.
Buah kinanti. Sumber: tbppkabbatang
Sesampainya di rumah Genjut, kami solat lalu berganti pakaian. Bersiap-siap untuk mengembalikan motor lalu langsung pulang kembali ke Semarang. Tak lupa kami berpamitan dengan nenek Genjut yang tinggal sendirian di rumah Genjut di Kudus. Kami pun kembali ke Semarang via bus Harum, sambil terkantuk-kantuk dengan perut kenyang. Eke sendiri sedikit agak pusing, pasti karena kebanyakan sate kebo. Haha. Anyway, kami sampai ke Semarang sekitar jm 15.00 dengan selamat. Sampai ketemu lagi Cupi, Genjut!! Eke bersiap-siap untuk menghadiri Festival Banjir Kanal Barat bersama ponakan-ponakan eke! Yeay!

 

Comments

Popular Posts