How to Stay Halal in Japan? Tips Tetap Hidup Halal Selama Tinggal di Jepang

Halo huni-huni, pemirsa, pembaca sekalian...

Bertemu lagi dengan eke setelah sekian lama menghilang dari dunia perbloggingan. Kali ini eke akan berbagi tips bertahan hidup (cia elah lebay banget) dengan tetap halal jika kita berkesempatan tinggal di Jepang. Tak dinyana memang, eke ternyata mendapat kesempatan training di negeri Jepang selama 2 bulan, awal September hingga akhir Oktober 2016. Oiya, tempat training eke tepatnya di kota Kiryu, perfektur Gunma, bukan termasuk kota metropolitan meskipun tak terlalu jauh dari Tokyo - sekitar 2 jam perjalanan dengan berkereta. Waktu yang cukup lama dan merupakan sebuah kesempatan yang bagus untuk menambah khazanah kehidupan.

Sebelum masuk ke dalam tips-tips lebih lanjut, mari kita beri batasan haram pada makanan kita. Maka, yang termasuk haram adalah:
  1. Babi (butaniku), dan produk turunannya
  2. Alkohol, dan produk turunannya
  3. Segala hewan ternak darat: ayam (toriniku), domba, sapi (gyuniku), kambing, dll beserta produk turunannya apabila hewan tersebut disembelih tanpa menyebut nama Alloh swt dan tidak secara Islam (QS Al Maidah: 3)
Beberapa teman muslim akan kaget ketika eke bilang: di Jepang eke ga makan (sembarang) ayam, mereka bilang "Terus, di sana makan apa?!" Tenang... semua ada solusinya. Toh, sumber protein juga ga harus dari ayam goreng yang krispi dan gurih itu, hm...

Nah, untuk tahu solusinya yuk mari kita intip tips-tips tetap hidup halal selama di Jepang berikut ini!

1. Carilah komunitas
Ya, carilah komunitas di tempat kita akan tinggal nanti selama di Jepang. Bisa komunitas muslim maupun komunitas Indonesia. Jangan malas cari-cari info tentang siapa saja yang nanti bisa kita temui di sana, toh hal ini sangat bisa dilakukan jauh-jauh hari sebagai persiapan dasar (ya, ga mungkin kita pergi ke luar negeri dadakan kalau belum ada paspor dan visa negara tujuan). Kehadiran saudara muslim maupun saudara setanah air nantinya akan sangat membantu kehidupan kita selama di Jepang (maupun luar negeri lainnya). Dengannya kita bisa saling bertukar informasi, pengalaman, dan makanan (hehe).

Diundang makan siang di rumah keluarga mas Hadi beserta dengan teman-teman yang lain. Rejeki anak soleh.


2. Bawalah bekal makanan dari Tanah Air

Mau tinggal lama di Jepang? Maka, silakan bawa logistik makanan dari tanah air. Jumlahnya terserah, sesuai dengan kemampuan bagasi huni saja. Jenisnya? Tentunya yang kemungkinan besar bakal terkena isu halal/haram selama di Jepang, misalnya saja: daging sapi (kornet, rendang, abon, dendeng, dll), bumbu masakan (bumbu instan, bumbu pecel, dll), bahan pelengkap makanan (saus pedas, sambal, kecap manis, dll). Berdasarkan pengalaman eke, membawa logistik dari tanah air ini sama sekali tidak salah dan sangat bermanfaat. Di awal-awal kita tiba di Jepang, dalam kondisi badan yang seringnya masih lelah dan jetlag maka kehadiran makanan-makanan tsb sangat membantu di saat kita belum sempat berbelanja bahan makanan di supermarket sekitar. Selain dapat menahan lapar, juga bisa untuk menghemat pengeluaran hehe.

3. Jujurlah kepada orang Jepang, tentang jenis makanan yang bisa huni makan
Sejauh yang eke temui selama ini, orang Jepang menghormati perbedaan. Meskipun gaya hidup sehari-hari mereka sudah mengadopsi gaya Barat, namun jatidiri mereka masih orang Timur yang jauh dari rasis. Maka, jangan sungkan untuk memberi tahu mereka apa-apa saja yang tidak bisa maupun yang bisa huni makan. Sekali huni bilang "Saya tidak makan babi", maka sampai kapan pun mereka tidak akan pernah menawari makanan berbahan babi. Kecuali, jika suatu saat huni ketahuan oleh mereka sedang coba-coba memakan daging babi, maka selanjutnya mereka tidak akan segan menawari huni makanan mengandung babi. 
Pengalaman eke waktu di Jepang dulu, di awal-awal pertemuan eke dengan mahasiswa dan sekretaris tempat eke training, mereka sempatkan bertanya: makanan apa yang tidak bisa eke makan? Mereka bertanya seperti itu berkenaan dengan acara makan-makan menyambut kedatangan eke&tim, serta makan malam setelah seminar internasional. Maka eke jawab: kami hanya bisa makan ikan (seafood) dan telur. Kami tidak bisa makan babi, ayam, sapi, serta alkohol. Mereka pun mengerti, dan mengusahakan menyediakan makanan yang bisa kami makan. Mereka memang baik hehe. 

Persiapan welcoming party dengan menu: takoyaki, salmon salad, dan okonomiyaki

Kanpai! Yang lainnya pakai bir, yang sini cuma berani jus jeruk

Tempura pare, ikan, dan yang paling enak: ubi ungu! Sungguh gorengan ubi ungu terenak yang pernah eke makan


4. Aplikasi android yang mendukung gaya hidup halal
  Bisa dibilang ini aplikasi yang cukup komplit untuk mendukung gaya hidup Islami huni. Mulai dari jadwal solat, arah kiblat, Quran, lokasi masjid terdekat, restoran halal terdekat, kumpulan doa&hadits favorit, sampai kalkulator zakat. Hm... kumplit betul ya. 



  Kalau yang ini, app info tentang restoran-restoran halal maupun dengan kriteria yang bisa disebut halal khusus di area Jepang.

  Loh... loh... kalo yang ini bermanfaat untuk menerjemahkan tulisan Jepang yang MEMANG  ditulis dengan aksara kanji yang mana kita belum bisa membacanya. Nah, dengan app ini bisa membantu kita untuk mengetahui komposisi bahan makanan, tanpa perlu terus-terusan tanya ke orang Jepang buat bacain komposisi detailnya. Cukup scan komposisi yang ada di bungkus makanan, lalu cek terjemahannya. Paling efektif dengan mode translasi Jepang ke Inggris.


5. Informasi medsos yang mendukung gaya hidup halal
  Fanpage FB ini menurut pengamatan eke adalah fanpage yang membantu menampilkan produk-produk Jepang apa saja yang bisa dikonsumsi, baik yang berlabel halal maupun yang tidak berlabel halal. Perlu diketahui, produk berlabel halal hanya tersedia di toko-toko tertentu yang mungkin tidak terdapat di seluruh kota di Jepang. Nah, fanpage ini membantu mereview dan mengonfirmasi kepada produsen makanan tsb apakah produk yang mereka produksi bisa dikategorikan halal (berdasar kepada komposisi dan tata cara produksinya). Huni tinggal kepoin saja timeline FB maupun album foto mereka. Untuk foto yang ada tanda silangnya, maka berarti produk tsb haram dikonsumsi. 

Nah, kalau akun IG yang satu ini biasanya mempromosikan resto-resto halal yang ada di Jepang. Barusan kepo IG mereka, sepertinya mereka baru saja merilis app untuk android dan IOS. Nah, silakan dicek app-nya.

4. Berbelanja bahan makanan halal di Jepang
Sudah cukup lama tinggal di Jepang? Nah, saatnya mengisi kembali persediaan makanan kita. Tidak perlu khawatir bagi kaum "ga makan, kalo ga makan nasi", di Jepang ini makanan pokoknya juga nasi. Karakteristik nasi Jepang adalah berbutir lebih bulat, gemuk, pulen, cenderung lengket yang cocok untuk membuat sushi. Nah, jika ingin berbelanja yang biasa (maksudnya yang sudah jelas halalnya), maka di Jepang tidak sulit untuk menemukan supermarket yang menjual bahan makanan (beras, minyak, gula, teh, dll), sayur segar, telur, tahu, dan ikan. Contohnya saja di tempat training eke dulu, jarak antara apartemen dengan supermarket (yang terdekat namanya Fressay) kira-kira hanya 300 m. Nah, kalo sudah di supermarket... coba cek-cek fanpage Halal Japan, barangkali kita nemu produk Jepang yang bisa dimakan. Lumayan buat nambah jajanan. Kalau masih ragu, scan kembali komposisinya menggunakan Google translate. Antara seru dan seneng banget kalo di Jepang kita nemu makanan yang bisa kita makan. Hehe.
Namun, jika menginginkan produk halal tertentu... ayam segar halal, mie instan halal, maupun bumbu-bumbu halal yang sulit didapatkan di supermarket biasa, maka beranjaklah ke supermarket yang bernama Gyomu Super (業務スーパーatau dalam dialek Jepang dibaca Gyomu Supa. Nah, di supermarket ini surganya belanja makanan berlabel halal: ada ayam potong tanpa tulang, tempura udang, kerupuk, saus pedas, mie instan, biskuit, bumbu kari, dll. Kebanyakan makanan-makanan tsb diimpor dari Brazil, Malaysia, dan Thailand. Nah, silakan cari Gyomu Supa di kota tinggal huni, baik dengan tanya-tanya orang maupun via Google Map. 

5. Memasak sendiri
Cara ini jelas agar kita yakin makanan yang kita makan benar-benar halal, selain itu juga sangat menghemat pengeluaran terutama jika huni ingin menabung (agar uangnya bisa digunakan untuk belanja oleh-oleh, hehe). Pengalaman eke, dengan sistem belanja dan memasak ini 1 orang menghabiskan biaya 2000 JPY untuk 10 hari (belum termasuk biaya gas dan air sih, hehe), berarti per hari dengan makan 3 x hanya ± 200 JPY. Ini receh banget! Kalau beli makanan di luar, 1x makan minimal seharga 300 JPY. Lain lagi jika beli makannya di kota besar, 1x makan minimal 900 JPY. Nah, bisa hemat lumayan banyak kan kalau masak sendiri.

6. Berdoa dan memohon ampun kepada Alloh swt
Nah, yang terakhir... marilah kita tetap berdoa dan memohon ampun kepada Alloh swt atas apa-apa yang telah kita makan, barangkali ada terselip sedikit komponen haram yang tidak kita ketahui. Serta memohon ampun kepada Alloh swt karena selama tinggal di Indonesia, makan ya asal makan aja tanpa mengecek lebih jauh apakah ayam yang kita makan disembelih secara halal atau tidak dsb-nya. Nah, baru inget kan? Hehe. Waktu di Jepang, eke juga menyadari hal yang sama. Huhu.


Nah, kira-kira begitu tips-tips tetap halal di Jepang. Kita masih bisa mengusahakan memakan makanan halal dan makanan halal tsb pun tidak susah dicari, terutama di kota-kota besar. Semoga bermanfaat tips-tipsnya, silakan untuk pertanyaan, komentar, saran, dan tambahannya.

Salam!


Comments

  1. Jadi kapan dihalalkan sama om jenggot mbak :p *eh *maafpagipagiudahnyampah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts