Resep Nasi Goreng ala Nasi Goreng Pak Sabar Jln. Depok - Semarang
Nasi goreng ala Pak Sabar dengan scrambled egg dan daun ginseng |
Nasi goreng adalah salah satu makanan favorit eke setelah sate ayam sewaktu kecil. Sejak SD pun eke telah dipercaya ortu untuk memasak nasi goreng di kala lapar. Saat beranjak dewasa pun eke mulai mengenal ragam nasi goreng yang tak hanya nasi goreng Jawa, tetapi juga: nasi goreng Tio Ciu, nasi goreng bebek, nasi goreng merah ala Jawa Timur, nasi goreng Janc*k di salah satu resto hotel di Surabaya, dsb. Nasi goreng memang menu yang lezat sekejap untuk dihidangkan, yakin tiap orang pun punya andalan resep nasi goreng sendiri. Saat masih kecil, beragam warung nasi goreng langganan keluarga telah eke cicipi. Rata-rata keluarga eke menyukai nasi goreng babat ala Semarang, yang dominan warna coklat karena kecap, berminyak, dan kental aroma gurih bawang merahnya. Eke yang sejak kecil tak suka jeroan, selalu memilih nasi goreng bertopping ayam yang aman saja. Beberapa warung nasi goreng nostalgia di Semarang yang eke tak yakin akan ke-eksis-annya saat ini, berlokasi di:
- warung nasi goreng babat Jln. MT Haryono depan Optik 55
- warung nasi goreng di Jln. Tegalsari, dengan lapak yang nyempil penjualnya seorang ibu-ibu.
Eke sendiri lebih suka dengan nasi goreng yang dijual di Jln. Tegalsari karena rasa gurihnya (mungkin karena penggunaan micin yang cukup banyak), tapi rasa-rasanya jika sekarang kembali ke tempat itu, warung tsb sudah tidak ada.
Nah, suatu waktu di malam hari setelah hang out bersama teman kerja, kami memutuskan untuk mencari makan malam. Dengan perut keroncongan dan masih saja belum nemu tempat yang oke, eke menyarankan untuk makan di D'Cost Jln. Depok - Semarang. Malangnya kami tiba di D'Cost sudah terlampau malam, meskipun belum lebih dari jam 9 toh ternyata resto tsb sudah kukut-kukut. Akhirnya, temen eke menyarankan untuk makan nasgor yang rupanya terletak di seberang D'Cost, Nasi Goreng Pak Sabar nama lapaknya. Perlu diketahui temen eke ini tinggalnya di sekitar Depok, dia mengetahui seluk beluk penjaja makanan yang ada di Depok, mana yang enak dan tidak, dan yang penting: mana yang halal dan tidak. Jln. Depok bisa dibilang masih dalam kawasan Pecinan Semarang.
Warung Nasgor Pak Sabar utamanya memang menjajakan nasgor dengan beragam topping. Seinget eke ada nasgor: ayam, babat, dan telur. Tak hanya nasgor, warung tsb juga menampilkan menu: tahu gimbal dan tahu pong Semarang. Belakangan eke kembali ke warung tsb, ternyata juga menyediakan ayam goreng untuk lauk. Nasgor Pak Sabar ini tersaji cukup cepat, dengan membaui harumnya saja sudah cukup membuat mulut berliur. Nasgor pesanan eke tersaji dengan porsi yang pas, dengan tampilan khas nasgor Semarang: berwarna coklat, berminyak, dan ternyata potongan bawang merahnya cukup banyak (mohon maaf belum ada dokumentasinya). Yang membuat bahagia selanjutnya adalah: taburan daging ayamnya juga cukup royal. Secara keseluruhan nasgor Pak Sabar berasa legit, gurih, dan wangi. Potongan bawang merah yang ikut ditumis ini mengubah pandangan eke tentang bumbu dasar nasgor yang telah lama mengakar di diri eke yaitu dengan cara menghaluskan semua rempah-rempahnya. Ternyata bawang merah yang dipotong besar-besar memberikan wangi dan rasa manis tersendiri.
Nasgor Pak Sabar telah mengembalikan ingatan eke tentang rasa nasgor Semarang yang klasik. Berbekal pengalaman tersebut, maka eke bertekad untuk mengubah proses pembuatan bumbu nasgor yang sudah biasa eke lakukan. Yaitu menyisihkan bawang merah dengan cukup dipotong-potong kasar saja daripada ikut dihaluskan. Resep yang eke sampaikan ini juga eke tambahkan beberapa tetes kecap ikan untuk menambahkan rasa gurih hewani. Berdasarkan hasil konsultasi eke dengan om William Wongso via twitter untuk mencari alternatif pengganti ang ciu (arak merah yang biasa digunakan untuk memasak masakan Cina yang mestinya tidak halal), bahan yang dapat memberikan wangi karamel pada nasgor maka bisa diganti dengan kecap ikan.
Foto nasgor bikinan eke memang tampak helai hijau daun ginseng yang ikut ditumis sebentar setelah nasgor matang. Daun ginseng jelas tidak lazim dalam menu nasgor, maka silakan huni skip saja penambahan daun ginseng dan ganti dengan rajangan daun kol dan timun. Penambahan daun ginseng ini eke tujukan untuk menambah serat pangan, meskipun daun ginseng yang dimasak bersama nasgor rasanya tak beda jauh dengan rajangan kol. Scrambled egg yang eke jadikan lauk jelas menunjukkan terbatasnya bahan lauk pauk eke. Nasgor ini cocok sekali jika diberi potongan daging ayam maupun babat sapi.
Di bawah ini resep nasgornya secara sederhana, meskipun tidak sepenuhnya mirip nasgor lezat karya Pak Sabar. Semoga bermanfaat dan hasilnya memuaskan.
Bahan:
- Sepiring nasi putih mawur
- Satu butir telur/suwiran ayam goreng/potongan babat
- 4 siung bawang merah, potong menjadi 3 bagian
- ± 2 sdm kecap manis
- 5 tetes kecap ikan
- Minyak sayur untuk menumis
- Rajangan daun kol dan timun
- Bawang merah goreng untuk taburan
Bumbu halus:
- 2 siung bawang putih
- 2 cabai merah (atau sesuaikan dengan tingkat kepedasan yang huni suka)
- 1 sdt garam
Langkah Pembuatan:
- Panaskan wajan yang telah diberi sedikit minyak dengan api sedang, masukkan potongan bawang merah. Tumis sampai setengah layu.
- Masukkan bumbu halus, tumis hingga wangi.
- Masukkan nasi, aduk hingga bumbu tercampur rata. Tambahkan kecap manis, aduk hingga rata.
- Masukkan telur/suwiran ayam/babat, tambahkan beberapa tetes kecap ikan, aduk hingga rata.
- Matikan api. Tuang nasi goreng di atas piring, taburkan bawang merah goreng, hias dengan timun dan rajangan daun kol.
Untuk: 1 porsi.
Comments
Post a Comment