Gertak Sambal a la Ibu-Ibu di Rumah
Wiken ini eke pulang ke kota halaman eke, eke bakalan menetap di rumah barang 3 hari karena ambil cuti di hari Senin. Di Sabtu pagi yang cerah, seperti biasa orang-orang dewasa di rumah eke terlambat sarapan, dan bisa ditebak pula mommy pasti bakalan nawarin bubur terik isi tahu n telur yang biasa dibeli di pasar bikinan Mbah Simpen. Eke pun hanya mengiyakan juga, karena makanan itu termasuk comfort food buat sarapan.
Sekitar pukul 8 pagi ponakan-ponakan eke yang TK itu berpamitan untuk berangkat sekolah. Suasana di rumah kembali sepi. Hanya tersisa eke, mommy, n pembantu yang sedang sigap menyetrika. Saatnya mandi. Selesai mandi, eke keluar ke beranda. Clingak-clinguk kok mommy ga ada. Ya sudah, hair drier rambut dulu. Beberapa menit kemudian, datanglah mommy dengan tas penuh belanjaan. Mommy segera berteriak memanggil eke untuk mengabarkan bahwa bubur pesenan eke udah di meja makan. Oke, langsung deh eke samperin. Di meja makan, mommy bertanya sembari menyiapkan bahan-bahan yang mau dimasak "Masak botok daging, doyan tho?" Tak lain dan tak bukan, jawaban yang tepat adalah "Iyo Bu, doyan." Eke paham betul kebiasaan mommy jika anak-anaknya pulang maka sumber protein yang dihidangkan akan ditingkatkan levelnya. Hanya saja kombinasi botok dengan daging ini menurut eke kurang ok. Botok sendiri eke kurang begitu minat (ironis memang, eke susah makan). Tapi ya apa daya, toh belanjanya udah dibeli untuk bikin botok. Botoknya sendiri di siang hari udah jadi. Eke kadang terpukau dengan kecepatan masak mommy, yang sepertinya tinggal cemplang-cemplung dan tau2 jadi. Mujurnya siang itu eke pergi sampai sore. So, eke makan itu botok buat makan malam. Memang terasa aneh, tapi masih bisa diterima. Akhirnya botok yang 1 bungkus pun hanya eke makan separuh, sisanya eke bungkus rapat2 lagi (nakal memang). Minggu paginya mommy udah siap2 berangkat rias sejak subuh, karena mau ngerias sodara eke yang hari itu resepsi. Di Minggu pagi yang lengang pun eke sarapan botok lagi. Lagi2 hanya habis separuh dan sisanya kembali dibungkus rapat2. Siangnya? Otomatis kita sekeluarga makan di kondangan sodara eke. Yang tak dinyana di kondangan itu ada sodara eke yang udah lama ga ketemu, jadilah setelah kondangan mommy ajak sodara eke sekeluarga buat makan siang di sebuah restoran di Mataram. Minggu maghrib, tampak poppy mommy eke dengan nanny'nya ponakan eke (biasa dipanggil budhe sama ponakan eke) berkumpul di beranda mendiskusikan sesuatu. Ternyata mommy ribut-ribut mengetahui botoknya yang masih tersisa 8 bungkus dalam kurun waktu 2 hari ini. Maka layaknya investigasi betulan, mommy mulai menanyakan berapa saja botok yang udah dimakan. Budhe menjawab 2 bungkus, bapak juga sama, eke juga menjawab 2 bungkus (mestinya hanya 1 bungkus). Yang masih belum ketauan adalah daddy'nya ponakanku..sudah makan berapa bungkus kah dia? Karena dia keburu kembali ke Solo sebelum investigasi ini terjadi. Mommy pun mulai menduga-duga "Opo Yudian (daddy'nya ponakanku) ga doyan botok?? Aku wis gawe 13 iji ko isih 8". Setelah menghitung-hitung, budhe yakin bahwa total botok yang udah dibikin adalah 18 bungkus, tapi mommy bersikeras kalo botoknya hanya jadi 13 bungkus. Maka, "Sesuk neh aku wegah masak! Ben." Dalam hati eke tertawa geli, yah reaksi mommy pasti layaknya ibu-ibu rumah tangga lain yang merasa tidak dihargai kalo makanan bikinannya tidak segera habis. Eke hanya diam dan maklum saja. Toh hal gertak sambal ini pasti hanya angin lalu saja. Hoho. Dan betul saja, di hari Senin mommy masih masak ayam goreng dan sambel tomat yang laziizzz.
Eke juga wanita, hehe. Ya memang harapan wanita kalo memasak sesuatu adalah segera dihabiskan anggota keluarganya. Kalo makanan itu ga segera habis, rasanya sia-sia saja sudah dimasakin sedemikian rupa. Jika kejadian makanan ga habis2 masih bisa dihitung dengan jari, kelihatannya masih bisa ditolerir. Tapi jika kejadiannya terus menerus maka bisa jadi menimbulkan pertikaian. Buat wanita, jika hal ini terjadi..jangan keburu mencak-mencak dulu, tapi icipi juga hasil masakanmu. Mungkin perlu sedikit re-touch. Hohoho. Yah, eke dalam menyampaikan ini berusaha balance. Wanita memang ingin, dan atau butuh dimengerti. ;)
Eke juga wanita, hehe. Ya memang harapan wanita kalo memasak sesuatu adalah segera dihabiskan anggota keluarganya. Kalo makanan itu ga segera habis, rasanya sia-sia saja sudah dimasakin sedemikian rupa. Jika kejadian makanan ga habis2 masih bisa dihitung dengan jari, kelihatannya masih bisa ditolerir. Tapi jika kejadiannya terus menerus maka bisa jadi menimbulkan pertikaian. Buat wanita, jika hal ini terjadi..jangan keburu mencak-mencak dulu, tapi icipi juga hasil masakanmu. Mungkin perlu sedikit re-touch. Hohoho. Yah, eke dalam menyampaikan ini berusaha balance. Wanita memang ingin, dan atau butuh dimengerti. ;)
Comments
Post a Comment