Kuliner Kota Kudus: Murce n Lazis!

Searah jarum jam: soto kerbau, nasi pindang dan ekstra daging + perkedel, susu sapi coklat + misoa, detail ekxtra daging + perkedel, gado-gado 43, lentog.
Teng tong...
Permisi huni. Happy weekend.
Hah, kali ini ane akan beberkan cerita waktu ane bertandang ke rumah huni ane di Kudus. Sebut saja huni ane itu namanya Genjut (no sara ya huni, dia memang senengnya dipanggil itu). So, ane sampe di rumahnya hari Jumat malem setelah melalui perjalanan lintas provinsi. Hihi.
Seneng deh ketemu Genjut beserta keluarganya. Lucu-lucu sih orangnya. Okay, setelah hari Jumat berlalu disambut Sabtu pagi yang cerah...mulailah petualangan kecil kami.
Untuk mengisi perut, Genjut mengajakku ke legenda sarapan Kudus yang termahsyur: Lentog. Kali ini kami menyambangi lentog yang deket-deket rumah aja, lentog di Jln. Agil Kusumadya depan Yayasan Jamaah Haji Kudus.

Lentog? Apa itu lentog? Lentog adalah makanan yang disajikan dalam porsi sedikit, berisi potongan lontong, sayur tahu, dan sayur nangka muda. Kuahnya mirip-mirip cap go meh/lontong sayur pada umumnya. Di lapak lentog itu juga disediakan gorengan dan sate telur puyuh buat tambahan lauk. Nah, setelah selesai menyantap lentog...giliran bayar cuma habis IDR 7500 untuk 2 porsi lentog + gorengan + air mineral gelas! Sebenernya cuma sarapan lentog sih masih laper. Tapi Genjut tahu porsi makanku...maka, dibawalah aku menuju susu sapi muria di jln. Pemuda. Susu sapi ini memang seger lho huni, meskipun di tengah kota tapi di depotnya itu juga terdapat sapi perahnya lhoh. So the milk is fresh from the breast. Xixi :p Ok di depot ini menyajikan susu beserta dengan varian rasa2nya juga. Untuk amannya, ane pesen susu coklat + 1 misoa aja. Beh... minum n makan gituan aja langsung berasa penuh nih perut. Susunya creamy abis. Kalo ga salah susu segelas itu seharga < IDR 5,000.

Saat matahari sepenggalah naik, kami memutuskan pulang ke rumah dulu untuk mandi2 (jadi tadi uda muter kemana2 dlm keadaan belom mandi, hehe). Nah, setelah cantik, Genjut segera cuss ajak ane ke Omah Mode. Meskipun di Semarang juga ada, tapi toh ane selama ini belom pernah mampir. Ane tanya ke Genjut apa bagusnya sih Omah Mode, kata die "Serasa pengen pindah rumah disitu Huni". Ok, mendengar paparan Genjut langsung deh kita cuss ke situ. Dan beneran, Omah Mode memang kece abis! Suasananya asri, modis, and cozy. Menyediakan produk fashion, kuliner, sampai spa. Dan tak lupa ada kolam renangnya juga. Memang bener deh kata Genjut serasa pengen disitu aja rumahnya. Hihi. Karena tempatnya ok, so ane n Genjut tak lupa untuk berfoto-foto ria. Lalu, tak lupa kami memesan snack: orange lechy squash + kentang n sosis goreng + roti panggang. Makanannya sip buat nongkrong.

Setelah dari Omah Mode, Genjut mengajakku makan siang (makan terus ya? Mana jaraknya deketan lagi. Haha). Kali ini Genjut membawaku ke depot makanan di Jln. Sunan Muria 43 yang ngetop dengan menu gado-gadonya. Selain gado-gado, ada menu lain juga yang dijajakan. But, biar puas n makan sayur, ane pesenlah gado-gado itu. Yuhu..gado-gado pun datang dengan tampilan kaya krupuk n emping. Setelah disantap, gado-gado ini memang jos. Meskipun agak manis (perlu diingat selera orang Kudus itu manis, ya Huni) tapi makan gado-gado ini sungguh menyenangkan! Porsinya pun lumayan banyak. Harga ± IDR 12000 Jam siang kami habiskan dengan berjalan-jalan di Extension Mal. Bener-bener mal yang di-extension-kan menurut ane. Tapi ok'lah, ada mal'nya. Barangnya juga masih ok. Menjelang sore, hari mulai mendung.

Sepertinya malam perayaan imlek akan disambut hujan deras. Dan benar saja, pas jam makan malam tiba, hujan mengguyur tanpa ampun sampai atap rumah Genjut 'bocor-bocor' (ala iklan cat pelapis anti air, hehe). Jadi keroncongan deh di rumah. Sambil menunggu hujan agak ramah, ane bercengkrama dengan Genjut's fams sambil nonton Haji Culam. Meskipun di luar hujan masih mengguyur, akhirnya Genjut memberanikan diri untuk menerobos hujan demi mengantarku makan malam di: Gang 1 Kudus. "Gang 6 ga ada, Njut??" "Ga ada, Huni", kata dia. Hehe. Ok tujuan di Gang 1 adalah legenda makanan Kudus selanjutnya: Pindang & Soto Kerbau! Yuhuuy...
Genjut sudah mewanti-wanti kalo makan pindang disitu nanti harus nambah lagi soalnya piringnya kecil. Bener lagi si Genjut, nasi pindangnya berpiring kecil dengan 3 irisan daging dan 1 irisan babat. Tapi karena genjut pengertian, dia pesen extra daging+perkedel (baik banget yah). Nah, saat menyantap pindang...rasanya AMAZING dengan kuah hitam yang (again) agak manis tapi mantep dan hangat. Taburan daun melinjonya juga membuat makanan tampak asri. Extra dagingnya pun lazis, empuk dan meresap sempurna. Perkedelnya juga cantik, garing di luar...lembut di dalam dengan ukuran yang cukup gede. Nasi pindang pun ane santap dengan sekejap. Mengisi separuh inventory perut, hehe. Genjut pun menyarankan untuk pesen 1 mangkok soto. Maka ane turuti deh. Sotonya ok juga, seger. Hiyeh...kenyang deh. (˘ڡ˘)

Sebelum pulang Genjut pun membelikan oleh-oleh jenang Mubarok di jln. Sunan Muria. Dan, malam itu ane tidur dengan perut kenyang. Pagi menjelang, saatnya packing. Sarapan lentog lagi. Berpamitan dengan Genjut's fam yang sangat bermurah hati kepada ane. Tak lupa mampir ke KFC buat beli persediaan makanan nanti. Bye-bye Genjut n Kudus. Thanks! Saatnya ane kembali ke negeri antah berantah yang tanpa fast food n mal ternama.










Comments

Popular Posts