Jiwa Muda Teruslah Berjuang!
“Jujur, kalau Budhe tidak cerita ini...aku sudah
tak ingat,” kata Bapak sambil mengusap air mata yang mengalir. Memori Bapak
mungkin tersegarkan kembali akan cerita lama dari Budhe, maklum Bapak menderita
diabetes yang eke yakin semakin lama semakin menggerogoti ingatannya. Di siang
hari pertama Lebaran tahun ini, Budhe yang saat itu kami sambangi lalu
bercerita tentang masa mudanya. Ada waktu ketika Bapak masih STM sedangkan
Budhe sudah berkeluarga dan beranak pinak. Bapak yang masih muda, kadang
menyempatkan diri mampir ke rumah kakaknya sepulang sekolah – salah satunya
agar bisa ikut makan di rumah Budhe. Budhe jelas tahu apa maksud kedatangan
adiknya. Meskipun senang dengan kedatangan adiknya namun Budhe merasa miris
lantaran keadaan nyata yang dihadapinya pasca pemberhentian karyawan
besar-besaran yang juga menimpa suaminya. “Aduh Nang, disini untuk minum saja tidak ada...” kata Budhe sambil
menggendong bayinya yang menangis karena lapar dan diare. Bapak mengerti, Bapak
pergi, yang akhirnya memutuskan ikut bantu-bantu pekerjaan di kampung – apa
saja, mendorong gerobak, angkat-angkat kayu, dan lain sebagainya demi sedikit
uang untuk mendapatkan makanan.
“Lha iya, aku juga sama... dulu makan nasi bekas
yang sudah dijemur berkali-kali sampai berjamur oranye saja sudah bersyukur.
Coba kalo anak sekarang makan itu, pasti udah kena tipus. Eh, Gusti Allah
memang Adil...” kata ibu mengenang masa lalu. Begitulah potret kehidupan rakyat
Indonesia pasca kemerdekaan dan pasca G 30 S PKI yang hidup di bawah garis
kemiskinan (bagi yang miskin). Eke diam dan mendengar. Eke mengerti. Kisah itu
jelas sudah eke dengar berkali-kali dan mampu mengingatkan diri ini tentang
kesyukuran serta mampu menimbulkan malu karena diri ini sering mengeluh
menyalahkan keadaan. Mungkin ada celetuk enteng yang terlontar “Hei, jamannya
kan udah beda...” Aduh, adakah bayi yang bisa menahan kelahirannya hingga menanti
era yang nyaman? Rasanya tidak ada. Itulah, di zaman apa pun kita lahir
pastikan ada rasa bahwa perjuangan orang-orang terdahulu itu lebih berat
daripada kita. Gunanya untuk tetap menjaga nyala semangat perjuangan dengan
penuh kesyukuran. Jiwa muda harus tetap semangat hidup!
Hari ini, kita tinggal mengatur waktu dengan
aktifitas yang memperkaya diri dan jiwa. Segala fasilitas mudah diraih karena
memang tersedia. Jiwa muda mestinya tak terlena dengan keindahan dunia yang
semu. Kalaupun sempat terperosok dalam angan-angan kenikmatan sementara, ayo
cepat bangkit dan perbaiki kesalahan! Jiwa muda adalah mutiara dunia harapan
bangsa. Orang tua kita yang telah mati-matian memperjuangkan kita jelas tak
akan rela kita menghadapi nasib yang sama dengan kesusahan mereka dulu karena
kesalahan kita sendiri. Sudah semestinya kita mengurangi kekhawatiran mereka
dan mampu mengembangkan senyum kebanggaan di wajah bapak ibu kita di kala senja.
Nah, mari menutup tulisan kali ini dengan doa. Ada
doa indah penuh kerendahan hati yang telah tertulis dalam Quran surah Al Baqarah: 286 di bawah ini.
tes
ReplyDelete